Cerita Dewasa Sahabatku Menghamiliku

Cerita Dewasa Sahabatku Menghamiliku


Cerita Dewasa Sahabatku Menghamiliku“Ridwannn … aku hamil !!!” Teriakku di telepon kepada sahabatku Ridwan yg sedang ada di rumah mertuanya di Jakarta.
Ditanganku saat itu ada hasil pemeriksaan USG yg menunjukkan gambar janin berumur 10 minggu yg sehat.
Cerita Sex Terbaru | Keputusanku untuk di USG sebenarnya bukan untuk melihat janin ini tetapi untuk memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku merasa sering mual-mual dan tdk sembuh-sembuh dengan obat-obatan biasa. Aku tdk menygka hubungan badanku dengan Ridwan akan membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan badan pertamaku dengan Ridwan baru menginjak bulan ke-3.
Namaku Linggar, seorang dokter di Bandung yg sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini terjadi. Umurku saat itu sekitar 36 tahun dan berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan ABG. Mantan suamiku juga dokter ahli penyakit dalam yg belakangan aku ketahui punya kelainan sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki). Sehingga karena tdk tahan akhirnya aku minta cerai setelah ayahku meninggal.
Cerita Ngentot | Perceraian dan kehilangan ayah membuat aku menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang dokter senior yg sangat dihormati di kotaku yg juga sekaligus menjadi dosen pembimbing program spesialisku.
Dengan pendekatan kebapakannya dia akhirnya bisa membawaku ke ranjangnya tanpa banyak kesulitan. Affair kami awalnya berlangsung cukup panas karena kami punya banyak kesempatan bersama untuk melakukannya di manapun kami ingin, seperti di tempat praktek, di rumah sakit, di rumah dokter NL (saat ada istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL ini adalah juga seorang pilot).
Karena alasanku berhubungan dengannya adalah untuk mengisi kekosongan sosok seorang ayah, maka aku pada awalnya tdk begitu peduli dengan kualitas hubungan seks yg aku dapat yaitu jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan kami inipun tdk pernah membuatku sampai hamil walaupun kami sering melakukannya pada periode suburku tanpa pengaman.
Karena perbedaan umur yg cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa bosan setiap kali berhubungan badan dengan pembimbingku ini. Apalagi kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh teman-teman kuliahku yg secara tdk langsung mulai menghambat program spesialisasiku.
Akhirnya pada suatu acara reuni kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk Ridwan. Aku dan Ridwan sebenarnya sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Ridwan memilih untuk berpacaran dengan sahabatku yg lain yg kemudian menjadi istrinya.
Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan istrinya Ridwan, bahkan kedua anak kami juga bersahabat.
Tapi setelah acara reuni itu, aku juga menjadi sering bekomunikasi kembali dengan Ridwan, baik lewat telepon maupun SMS. Akhirnya Ridwan menjadi teman curhatku, termasuk masalah affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku menceritakannya dengan detail sampai ke setiap kejadian. Ridwan adalah pendengar yg baik dan dia sama sekali tdk pernah langsung menghakimi apa yg telah kulakukan, terutama karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku dengan Ridwan sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya hanya menjadi rahasia kami berdua.
Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang dia mengajakku jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku mulai bisa melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yg baru dengan beberapa laki-laki yg dikenalkan oleh teman-temanku. Sayangnya aku sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama karena mereka tdk bisa mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yg sedang mengambil kualiah spesialisnya.
Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku curhat kepada Ridwan yg sebagai anak seorang dokter Ridwan memang juga bisa memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan mereka.
Hingga pada suatu siang aku mengajak Ridwan untuk menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di Lembang yg akan dipakai sebagai tempat reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Ridwan tentang bagaimana pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yg tersedia di sana. Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan bercanda, tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks masing-masing. Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai “perabot” kita masing-masing dan apa saja yg suka dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh.
Entah kenapa dari obrolan yg sebenarnya lebih banyak bercandanya ini membuat aku mulai sedikit terangsang, putingku kadang-kadang mengeras dan vaginaku mulai terasa sedikit berlendir. Waktu aku lirik celananya Ridwan juga terlihat lebih menonjol yg mungkin karena penisnya juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali beberapa hubungan badan di masa lalu yg paling berkesan kenikmatannya.
Tanpa terasa akhirnya kami sampai di rumah peristirahatan keluargaku, perhatianku jadi teralihkan untuk memberi pesan-pesan kepada mamang penjaga rumah dan tukang kebun yg ada di sana untuk mempersiapkan rumah tersebut sebelum akhirnya membawa Ridwan berkeliling rumah. Seperti waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang diselingi dengan saling bergandengan tangan, saling peluk dan rangkul atau sekedar mengelus-elus kepala dan pipi.
Setelah selesai berkeliling kami kembali ke ruang tengah yg mempunyai perapian yg biasa dipakai menghangatkan ruangan dari udara malam Lembang yg cukup dingin. Di sana Ridwan kembali memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami dalam posisi berhadapan. Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya sehingga kami terlihat seperti pasangan yg sedang berdansa.
“Mmmmpppphhhh ……” Ridwan tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.
Walaupun saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku merasa senang karena dicium oleh orang yg aku anggap sangat dekat denganku. Dengan jantungku berdebar aku kemudian memberanikan diri untuk membalas ciumannya sehingga kami berciuman cukup lama dengan diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….” Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir.
Sesaat setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan muka sedikit menengadah dan bibir yg setengah terbuka untuk menikmati sisa-sisa ciuman tadi yg masih begitu terasa olehku. Aku baru tersadar setelah Ridwan menaruh telunjuknya dibibirku yg sedang terbuka dan memandangku dengan lembut sambil tersenyum. Kemudian dia menarik kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan dengan eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tdk teratur, ciuman tadi telah membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan belaian laki-laki.
Tanpa menunggu lama, aku mengambil inisiatif untuk melanjutkan ciuman kami dengan memangut bibir Ridwan lebih dulu setelah melakukan beberapa kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku menginginkan ciuman yg lebih “panas” sehingga tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih agresif. Ridwan langsung membalasnya dengan lebih ganas dan agresif, lidahnya langsung menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya melumat bibirku. Ciuman yg bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh kami berdua akhirnya kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa.
Tangan Ridwan mulai bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai masih dari luar baju kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah masuk ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku sudah dibuatnya terangkat ke atas sehingga kedua buah dadaku dengan mudah dijangkaunya langsung. Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam mempermainkan putting buah dadaku. Bibir Ridwan juga mulai menciumi leher dan kedua kupingku sehingga menimbulkan rasa geli yg amat sangat.
Terus terang dengan aksi Ridwan itu aku menjadi sangat terangsang dan membankitkan keinginanku untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan dosen pembimbingku praktis aku tdk pernah lagi tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu sudah sangat berharap Ridwan segera memintaku untuk bersetubuh dengannya atau meningkatkan agresifitasnya ke arah persetubuhan.
Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah dan aku mulai sulit berpikir jernih lagi karena dikendalikan oleh berahi yg semakin memuncak. Sebaliknya Ridwan kelihatan masih merasa cukup dengan mencium meremas buah dadaku saja yg membuat aku semakin tersiksa karena semakin terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
“Wan, kamu mau ga ML sama aku sekarang ?” Kata-kata itu meluncur begitu saja dengan ringan dari mulutku di mana dalam kondisi biasa sangat tdk mungkin aku berani memulainya.
Hanya dengan melihat Ridwan menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum, aku langsung meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Ridwan sambil melepas kaos atas dan BHku dengan terburu-buru. Melihat itu, Ridwan membantuku dengan melepas kancing dan risleting celana jeansku sehingga memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri ke bawah. Ridwan sekali lagi membantuku dengan menarik celana dalamku sampai terlepas hingga membuat tubuhku benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yg menutupi.
Tanpa malu-malu, aku kemudian menubruk Ridwan di sofa untuk kemudian duduk dipangkuannya dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya. Kami lalu berciuman lagi dengan ganasnya sambil kedua tangan Ridwan mulai meraba-raba dan meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah..
“Akkhhhhhh ….” Aku menjerit pendek saat Ridwan memasukkan jari tangannya ke dalam liang senggama dari vaginaku yg sudah mengangkang di pangkuannya.
Tanpa menunggu lama mulut Ridwan juga langsung menyambar putting payudaraku membuat badanku melenting-lenting kenikmatan yg sudah lama tdk kunikmati. Ridwan semakin agresif dengan memasukkan dua jarinya untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yg membuat gerakan badanku semakin liar.
Gerakanku yg sudah makin tdk terkendali rupanya membuat Ridwan kewalahan, lalu dengan perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet tebal yg terhampar di bawah sofa. Kemudian dengan tenang Ridwan mulai membuka bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh telanjangku dihadapannya yg menggelepar gelisah oleh berahiku yg sudah sangat memuncak. Melihat Ridwan memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih bantal terdekat untuk menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku rapatkan supaya kemaluanku tdk terlihat Ridwan lagi.
Sesaat kemudian aku merasakan Ridwan membuka pahaku lebar-lebar dan tanpa menunggu lama-lama kurasakan penisnya mulai melakukan penetrasi.
BLESSSSSS ……kurasakan penis Ridwan meluncur dengan mulus memasuki liang senggamaku yg sudah becek sampai hampir menyentuh leher rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal menikmati penetrasi pertama dari penis sahabatku yg sudah aku kenal lebih dari 20 tahun.
“Katanya tadi mau ngajak ML ….” Kata Ridwan sambil mengambil bantal yg kupakai menutupi mukaku sambil tersenyum menggoda.
“Sok atuh dimulai saja ….” Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu

CReK … CReK … CReK …CReK …. CReK … ayunan penis Ridwan langsung menimbulkan bunyi-bunyian dari cairan vaginaku.
Ridwan mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga mengangkang dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya.

“Ridwanoo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali …Ridwanoo….” Aku mulai meracau kenikmatan.
Kedua kakiku kemudian dipindah ke atas bahu Ridwan sehingga pinggulku lebih terangkat, sedangkan Ridwan sendiri badannya sekarang menjadi setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis Ridwan lebih banyak mengenai bagian atas dinding liang senggamaku yg ternyata mendatangkan kenikmatan luar biasa yg belum pernah aku dapat dari laki-laki yg pernah meniduriku sebelumnya.
“Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya ….Waann…..kontolmu enak sekaliii …” aku mulai meracau dengan pilihan bahasa yg sudah tdk terkontrol lagi.
Aku lihat posisi Ridwan kemudian berubah lagi dari berlutut menjadi berjongkok sehingga dia bisa mengayun penisnya lebih panjang dan lebih bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang dengan cukup keras oleh ayunan pinggul Ridwan. Ayunan penisnya yg panjang dan dalam seolah-olah menembus sampai ke dalam rahimku secara terus menerus sampai akhirnya aku mulai mencapai orgasmeku.
“Riddwaaaannn….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi terputus-putus karena guncangan badanku.
Ridwan merespon dengan mengurangi kecepatan ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya.
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh …….” Akhirnya gelombang orgasmeku datang bergulung-gulung, bola mataku terangkat sesaat ke arah atas sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua tanganku meremas-remas buah dadaku sendiri.
Ridwan memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih terengah-engah sambil tetap memaju mundurkan dengan pelan penisnya yg masih keras menunggu aku siap kembali karena dia sendiri belum sampai ejakulasi. Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Ridwan lalu kami berciuman dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini.
“Linggar, aku boleh minta masuk dari belakang ?” Bisiknya ditelingaku
“Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya.

Ridwan dengan hati-hati bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut penisnya dari vaginaku.
“Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli bercampur nikmat saat penisnya dicabut.
Aku lihat penis Ridwan masih mengacung keras dan sedikit melengkung ke atas, batang penisnya yg penuh dililit urat-urat terlihat sangat basah oleh cairan vaginaku. Karpet yg tepat di bawah selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku yg langsung mengalir ke karpet tanpa terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu sedikit seperti anak-anak gadis yg baru mau puber, itupun hanya ada di bagian atas dekat perutku, sehingga aku tdk perlu repot-repot lagi mencukurnya.
“Ayo Ling, balikkan tubuh kamu” Pinta Ridwan padaku
Setelah berhasil mengankat tubuhku sediri, aku lalu membalikkan badan untuk mengambil posisi menungging sebagai persiapan melakukan persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi. Aku rasakan Ridwan medekat karena penisnya sudah terasa menempel di belahan pantatku dekat liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk mempermudahnya melakukan penetrasi.
BLESSSSS ………………… untuk kali kedua penisnya masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
“OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………” Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti masuknya penis tersebut.
Kurasakan penis Ridwan mulai bergerak maju mundur, bukan hanya karena gerakan pinggulnya saja tapi juga karena dengan tangannya Ridwan juga menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah gerakan penisnya dia sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak” oleh penisnya.
“Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh ….aaarrrkkkhhh “ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan
PLEK … PLEK … PLEK … PLEK … terdengar suara pantatku yg beradu dengan pahanya Ridwan.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH …..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong dengan kerasnya.
KREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yg dibuka.
“Neng Linggar … ada apa Neng ?”
Aku mendengar suara penjaga rumahku bertanya dengan suara gugup. Rupanya dia dikagetkan saat mendengar lolonganku tadi yg membawanya datang kemari, tapi akhirnya menjadi lebih kaget lagi setelah melihat majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya. Lagi pula siapa yg menygka kami akan nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang keluarga yg terbuka dan masih ada penghuni rumah lainnya.
“Ga ada apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng Linggar nih …”
Kudengar Ridwan menjawab dengan tenang tanpa ada nada kaget atau gugup seolah-olah tdk terjadi apa-apa, bahkan tanpa menghentikan pompaan penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi sehingga tdk terdengar lagi bunyi-bunyian heboh yg berasal dari beradunya kemaluan-kemaluan kami
“Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …”
Aku tetap tdk mampu menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget kepergok sedang bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yg sudah megenalku sejak kecil
“Aa..aduh punten Neng Linggar … punten Agan … Mamang tdk tahu Agan-agan sedang sibuk begini, Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng Linggar seperti menjerit” Lanjutnya dengan muka pucat setelah sadar apa yg dilihatnya.
“Ya sudah pak, Neng Linggar juga ga apa-apa kok” Kudengar jawaban Ridwan
“Yaaa Mmmaammang … sayaa gaaaa apa-apa ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu menjawab tanpa melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan penis Ridwan.
“Nuhun upami kitu mah, mangga atuh Neng … mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang mah mau ke belakang lagi” kata Mamang sebelum kemudian berlalu menghilang di balik pintu.

PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK …Ridwan kembali menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss …..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras lagi dari sebelumnya
CREK … CREK …CREK … CREK….CREK …cairan vaginaku mulai membanjir lagi, sebagian ada mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi ada yg naik melalui belahan pantatku karena terpompa oleh penis Ridwan. Kepergok oleh penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi sekaligus membuat aku semakin terangsang setelah melihat sendiri Ridwan bisa mengatasinya dengan tenang.
“Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh ….oohhhhhh….Ridwano….geliii …“ Teriakku saat jari-jari Ridwan mulai mempermainkan liang duburku yg telah basah oleh cairan dari vaginaku.
“Sakkkiiiiit ….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku ketika Ridwan malah memasukkan jari tangannya ke dalam liang duburku setelah dilumasi cairan vaginaku terlebih dahulu.

Saking sakitnya aku sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah duburku untuk menepis tangannya tapi tdk berhasil.
Tapi seperti waktu pertama kali vaginaku diperawani oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama hilang dan berganti menjadi rasa nikmat yg sangat berbeda. Walaupun tdk senikmat penis Ridwan yg ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan jarinya di liang duburku mulai membuatku semakin bergairah.
Tiba-tiba kurasakan gerakan Ridwan menjadi tdk teratur lagi, penisnya seperti berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya seperti ditahan-tahan. Mungkin Ridwan akan ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah bergairah menuju orgasmeku yg kedua.
“Ling… Linggar…sepertinya aku sudah akan keluarrrr …. “ Kata Ridwan dengan sedikit tertahan
“T…ttung…ggguu sebentar lagi Wan…. Linggar juga sss … sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap bisa orgasme barengan pada saat Ridwan ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-gesek klitorisku sendiri.
“Ahhhhh …” aku menjerit tertahan saat Ridwan mencabut tangannya dari liang duburku

Ridwan sekarang memakai kedua tangannya itu untuk menahan pinggulku sambil menekan-nekankan penisnya yg berdenyut makin kencang.
“LINGGARIIIII …ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Ridwan mengerang tertahan saat ejakulasi
SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrrr…cccrrtt… aku merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti belasan semburan kecil.

Semburan air mani yg hangat akhirnya membuat aku juga segera mendapatkan orgasmeku yg kedua.
“Ridwanoo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh …. benar benar kamu nikmat” aku mulai meracau dengan suara pelan karena sudah sangat lemas.
Walaupun penis Ridwan masih terasa keras setelah ejakulasi, badanku sudah terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku sendiri dalam posisi menungging. Aku pasrah saja ketika Ridwan membalikkan badanku tanpa melepaskan penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup lama, tapi tdk banyak keringat yg keluar dikarenakan udara Lembang yg cukup sejuk, tapi aku lihat tubuh Ridwan tetap agak berkilat oleh keringatnya sendiri. cerita sex
Kami kemudian berciuman dan berpelukan lagi dengan mesra, tdk pernah terlintas dalam pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke sini bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat dekatku sendiri. Tapi aku hampir tdk ada rasa menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada rasa menyesal yg cukup dalam.
“Linggar, kamu bisa menikmatinya sayang ?” Ridwan berbisik di telingaku
“Enak sekali Wan, baru kali ini aku merasakan nikmat yg luar biasa ” Jawabku dengan lembut
“ Terima kasih ya Wan”

Ridwan membalasnya dengan kembali memangut bibirku dengan lembut di sisi lain aku merasakan Ridwan mulai menggerakkan penisnya maju mundur lagi walaupun masih dengan perlahan. Saat itu aku sudah sangat kelelahan dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga tdk siap untuk melanjutkan ke babak berikutnya.
“Wan, aku udah kecapean sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita lanjutkan setelah aku istirahat sebentar. Boleh kan ya sayang ?” Aku coba menolak Ridwan melanjutkan niatnya dengan sehalus mungkin.
Ridwan rupanya bisa mengerti dan menghentikan gerakan penisnya, sebagai gantinya aku melakukan kontraksi pada otot-otot vaginaku untuk “meremas-remas” penis Ridwan yg masih keras saja sampai sekarang walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat menikmatinya sampai akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih lemah dan lebih sedikit dari yg pertama.
“Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali melenguh saat Ridwan menarik penisnya yg mulai melunak.
Kami kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap menutup badanku dengan selimut yg disediakan dekat perapian karena walau bagaimanapun aku masih ada sedikit perasaan risi bertelanjang bulat di depan sahabat laki-lakiku. Ridwan ternyata sangat kaget waktu mengetahui aku tdk memakai kontrasepsi dan sangat menyesal sudah mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan dirinya bahwa akulah yg menginginkan dia berejakulasi di dalam tubuhku, lagi pula selama ini baik mantan suamiku maupun dosen pembimbingku selalu mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama pernikahan kami.
Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Ridwan aku bisa dua kali mengalami orgasme dalam sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai orgasme. Ridwan bilang bahwa dia selalu berusaha mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat orgasme duluan, minimal sekali, sebelum dia berejakulasi. Waktu aku balik tanya memangnya sudah pernah meniduri berapa wanita, dia hanya nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui bahwa aku bukan perempuan satu-satunya selain istrinya yg dia tiduri, tapi aku berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan seperti itu.
Ridwan kemudian memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan anal dengannya, aku sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi bila mengingat sakitnya liang duburku waktu dia memasukkan jari tangannya, apalagi kalau penisnya yg besar dan keras itu ? Tapi waktu aku melihat pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke dia bahwa aku tdk mau sering-sering melakukannya karena takut bentuk anusku berubah drastis.
Kami kemudian sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa tertangkap basah oleh Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara langsung akibat lolongan dan jeritan erotisku. Aku i memang dikenal oleh orang lain sebagai orang yg kalem sehingga kalau sampai menjeri-jerit tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku yakinkan Ridwan bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tdk menceritakan kejadian ini kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma menyesal Mamang itu sudah melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi yg sangat merangsang pikiran laki-laki.
Setelah hampir dua jam beristirahat, aku berkata kepada Ridwan bahwa aku belum melihat bentuk persisnya penis dia saat ereksi karena ketika tadi sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku. Ridwan balas menjawab bahwa dia juga tdk sempat memperhatikan dengan teliti bentuk vaginaku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan foreplay saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya tentang apa yg dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku sangat awam.
Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di atas karena benar-benar ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata memang diameter penisnya Ridwan sangat besar saat ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yg istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh darah yg mengelilinginya sepeti ulir sekrup yg membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih terasa nikmat.
Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yg lebih panas karena melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi karena reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku mengambil posisi di atas dia sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari liang senggamaku yg ingin di sentuh penisnya. Sedangkan Ridwan sendiri selain meremas buah dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku dengan jari-jarinya. Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yg sangat nikmat sekaligus lelahkan untuk babak ke dua ini.
Ridwan kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal sesaat setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi menungging. Sekarang penis Ridwan langsung masuk ke liang duburku setelah dibasahi dulu dengan cairan vaginaku yg menetes. Aku benar-benar merasa kesakitan yg luar biasa saat penisnya masuk ke dalam lubang duburku yg ototnya masih kaku. Bahkan aku sempat menjerit jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan nikmatnya hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat orgasme walaupun tdk hebat penetrasi di vagina.
Setelah orgasme keduaku pada anal, Ridwan kembali menyetubuhiku secara konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal Ridwan belum juga mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar sudah kepayahan menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa memohon untuk berhenti karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan penuh pengertian Ridwan menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa kecewa di matanya.
Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat sebentar sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum pulang aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tdk perlu bercerita tentang apa yg dilihatnya karena kami melakukannya sebagai orang dewasa yg saling membutuhkan dan saling suka satu sama lainnya. Si Mamang bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki yg menemani saat kesepian.
Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Ridwan untuk melakukan seks oral di mobil sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan itu karena merasa bersalah telah menyia-nyiakan sahabatku yg telah memberikan kenikmatan yg bertubi-tubi ditambah beberapa petualangan seks yg sangat baru buatku termasuk juga petualangan kepergok Mamang yg mendebarkan. Ridwan tentu saja menyambutnya dengan antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya sambil di oral dia bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah dadaku.
Dengan nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yg artinya aku harus melepas kaosku dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang dada, aku tdk tahu apakah pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu.
Dengan sabar aku mulai melakukan seks oral sedangkan Ridwan mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya hanya dengan satu tangan saja karena tangan kirinya dipakai untuk memainkan buah dadaku. Aku sempat bergurau bahwa penisnya dia sangat “yummie” sehingga tdk membosankan untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di vagina.
Sekarang aku mengerti kenapa Ridwan mau bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil mengemudi karena ternyata rangsangannya pada buah dadaku itu membuatku banyak melakukan gerakan spontan pada mulutku saat mengulum penisnya yg membuatnya merasa lebih nikmat. Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Ridwan belum saja berejakulasi padahal sudah dekat rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah berhenti di depan pintu pagar rumahku, Ridwan tiba tiba menekan kepalaku dengan kedua tangannya sampai batang penisnya amblas menyodok masuk ke kerongkonganku dan ….
CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya memuntahkan air mani yg sangat banyak yg terpaksa aku telan langsung ke perutku

“Aaaaahhhh ….” Kudengar suara Ridwan mengerang nikmat
Aku coba berontak karena hampir tdk bisa bernafas, tapi Ridwan hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya
CrOt …crOt …crOt …crOt … masih ada beberapa semprotan lagi yg keluar dari penisnya berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada beberapa yg menempel di bibir, pipi dan hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan Ridwan, aku lihat si Bibi sedang membuka pintu pagar dan anakku menunggu di pintu garasi. Dengan terburu-buru aku menyambar tisu yg disodorkan oleh Ridwan yg sedang tersenyum nakal. Aku hanya sempat menghapus mukaku sekenanya karena takut anakku datang mendekat dan melihat penisnya Ridwan yg tetap mengacung setelah ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa membawa BHku yg ada di jok belakang.
Waktu aku mencium anakku, dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada ada bau amis.
Ridwan memang memberiku banyak petualangan seks yg tdk pernah aku bayangkan sampai umurku yg bisa dibilang matang ini walaupun frekuensi pertemuan kami tdk terlalu sering. Aku hanya berhubungan badan dengan dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau karena Ridwan memang memintanya. Aku ingin tetap hubungan kami hanya sebagai sahabat karena hubungan persahabatanku dengan Ridwan jauh lebih berharga dari pada kebutuhanku mencari pasangan hidup.
Setiap kali berhubungan badan aku selalu memaksanya untuk ejakulasi di dalam, aku tdk mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom walaupun dia sangat khawatir karena merasa spermanya sangat subur. Akhirnya kekhawatiran Ridwan terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan sampai mencapai usia 10 minggu janin yg aku kandung. Asalnya aku tdk percaya sampai diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan menggunakan alat USG. Karena hubunganku dengan Ridwan belum mencapai 3 bulan, berarti janin itu berasal dari hubungan seks kami yg awal-awal.
Dengan umur kandungan yg sudah besar, akhirnya aku minta tolong temanku untuk merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk membantu menggugurkannya. Aku tdk mau di kuret di kotaku karena dapat menimbulkan kehebohan besar.
Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD sehingga Ridwan tetap bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti keinginanku.

Petualanganku denga Ridwan akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika ada dokter yg melamarku dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tdk ingin setia pada suamiku yg baru, tapi sebenarnya aku sering merindukan belaian keintiman khas Ridwan mengingat dasar hubungan seks kami yg istimewa.
Walaupun dia selalu menjawab komunikasi dariku, tapi dia tdk pernah lagi memintaku untuk melayaninya seperti yg dulu dia lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks. Padahal tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya untuk melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di kotaku, Ridwan tdk pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu akan siraman air maninya. Baca Cerita Dewasa Lainnya Disini...

Subscribe to receive free email updates: