Hot Perempuan Beranak Empat

Hot Perempuan Beranak Empat


Hot Perempuan Beranak EmpatSaat ini bekerja disebuah perusaahan dijakarta bagian audit, dikantor aku mempunyai sahabat dekat tp umurnya jauh lebih tua dari aku, namanya mas Iwan. Orangnya dewasa banget, sering aku meminta pendapat denganya kalau aku sedang ada masalah. Mas Iwan ini sdh beristri dan memiliki 4 orang anak, 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Nama istri mas Iwan yaitu mbak Fitri aku baru saja tau namanya tp belum tau orangnya sebabnya aku belum pernah berkunjung kerumah mas Iwan.

Pada suatu hari saat sedang libur aku ditelpon mas Iwan dan aku disuruh utk berkunjung kerumahnya, lalu aku segera bergegas menuju kerumahnya dgn naik kereta api, karena jalan menuju rumah mas Iwan lebih dekat kalau naik kereta api. 30 menit akupun tiba dirumah mas Iwan, disambutlah aku dgn sosok perempuan yg sangat cantik , orangnya tinggi, berkulit putih, dan mempunyai yubuh yg sangat seksi.

Apa ini mbak Fitri istrinya mas Iwan. aku bergumam dlm hati.

“Mas Iwan ada mbak” tanyaku
“Ada, mari masuk, kamu siapa???” tanya Mbak Fitri
“Indra mbak, teman kerja mas Iwan” jawabku

Kemudian keluarlah mas Iwan menyambutku bersama 2 anak laki-lakinya. Kemudian kami berbincang-bincang bersama dgn mas Iwan dan mbak Fitri dan jg anak-anaknya. Kami berbincang lama sampai akhirnya kita semua menjadi akrab, dan anak-anak mas Iwanpun jg langsung menjadi dekat dgnku. Tak terasa hari itu sdh sore lalu aku berpamitan utk pulang dan tak lupa aku berikan coklat utk anak-anak mas Iwan. Entah pikiran apa yg merasuki pikiranku ini dari perjalanan pulang dari rumah mas Iwan aku malah kepikira dgn istri mas Iwan yg sangat aduhai itu,

“Aahh Shiit” teriakku dlm hati.

Setelah itu aku jadi sering berkunjung kerumah mas Iwan jika ada waktu senggang. Anak-anak mas Iwan menjadi semakin tambah dekat dgnku. Aku dan mbak Fitri pun jg menjadi semakin akrab bahkan jg semakin dekat saja. persaanku semakinm menggebu-gebu dgn ,bak Fitri tp aku harus menahannya. Aku harus mencari kesempatan jika aku ingin menikmati tubuhnya mbak Fitri.

Sampai suatu ketika mas Iwan mendapatkan tugas dari kantor utk mengaudit perusahaan yg ada diluar kota dan itu memerlukan waktu beberapa hari, ini kesempatanku. Mas Iwan yg sdh sangat akrab dgnku bahkan sdh seperti abangku sendiri itu memintaku utk menemani istrinya dirumah, karena istrinya sangat senang kalau aku dirumahnya karena anak-anaknya jg sangat menyukai aku, kata mas Iwan.

Tanpa menunggu lama aku pun menuruti keinginan mas Iwan. Saat itu mbak Fitri sedang berada dikantor berada mas Iwan utk mengantarkan keperluan mas Iwan. Lalu aku disuruh mas Iwan agar langsung di stasiun karena mbak Fitri sdh menungguku di Sasiun. Aku pun nggak pakai lama langsung meluncur menuju stasiun.

Sebelumnya aku menelpon mbak Fitri dan janjian pulang bareng Kami janjian di stasiun, karena mbak Fitri biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak Fitri. Dan jam 5 sore aku bertemu mbak Fitri di stasiun. Tak lama, kereta yg ditunggu pun datang. Cukup penuh, tp aku dan mbak masih bisa berdiri dgn nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tdk mempedulikan kiri kanan.

Cerita sex terbaru, Tp hal itu ternyata tdk berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tdk mau posisiku bergeser dan berhadapan dgn Mbak Fitri. Inilah yg kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak Fitri menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah agak pias.

Rupanya mbak Fitri melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia mengubah posisi dgn membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si K0ntol-ku menyentuh pantatnya yg manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga K0ntol tdk bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita utk membunuh waktu. Tp, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yg ritmis, mau tdk mau bangun jg K0ntol-ku. Makin lama makin keras, dan aku yakin mbak Fitri bisa merasakannya di balik rok mininya itu.

Pikiran kotorku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pantatnya yg montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai jg kami di Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku sdh berakhir. Kami berdua kemudian naik angkot, sepanjang jalan Mbak Fitri diam saja. Sampai dirumah, kami beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama kedua keponakanku pun pamit tidur.

“Indra, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. ada apa”, sahutku bertanya.

Jantungku berdebar debar, karena yakin bahwa mbak akan memarahiku akibat ketdksengajaanku waktu di kereta tadi.

“Terus terang aja ya. Mbak tau kok waktu kamu di kereta. Kamu nafsu kan?” katanya, dgn nada tertahan seperti menahan rasa jengkel.
“Mbak ngga suka laki-laki yg begitu ke wanita. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm..mma maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Aku tadi tdk sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tdk tahan”
“Terserah kamu mau bilang apa, yg jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak cara utk mengalihkan pikiran kotor kamu itu. Paham?!” bentak Mbak Lisa.
“Iya, Mbak maaf. Aku paham. Aku janji tdk mengulangi lagi”
“Ya sdh. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu. kalau mau nonton film masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya, tensinya sdh mulai menurun.

Akhirnya aku main PS di ruang tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film. Rupanya Mbak Fitri sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun punya anak 4, tubuh Mbak Fitri masih terlihat bagus. Maklumlah, modalnya ada. Akupun segera memutar DVD dan berbaring di karpet, sementara Mbak Fitri asyik dgn novelnya.

Entah karena lelah atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2 jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Fitri jg sdh tidur. Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia sangat lelah, pikirku. Saat aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi tidur Mbak Fitri yg agak telungkup ke kiri dgn kaki kana terangkat keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tdk? Di depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak Fitri berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun timbul.

Perlahan, kubelai paha itu.. halus.. kusingkap daster itu sampai pangkal pahanya.. dan.. OHH… K0ntol-ku mengeras seketika. Mbak Fitri ternyata memakai celana dlm mini warna merah.. OHH GOD.. apa yg harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yg tampak menggunung, dan celana dlm itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener terangsang melihat pemandangan indah itu, tp aku sendiri merasa tdk enak hati, karena Mbak Fitri istri sepupuku sendiri, yg mana sebetulnya harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tdk dirumah.

Namun godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan meqinya berwarna kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa was-was, takut, kasihan… tp sekali lagi godaan birahi memang dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati meqi itu dgn rasa was-was takut Mbak Fitri bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata meqinya lezat jg, ditambah pubic hair Mbak Fitri yg sedikit, sehingga hidungku tdk geli bahkan leluasa menikmati aroma meqinya.

Entah setan apa yg menguasai diriku, tahu-tahu aku sdh mencopot seluruh celanaku. Setelah K0ntol-ku kubasahi dgn ludahku, segera kubenamkan ke meqi Mbak Fitri. Agak susah jg, karena posisinya itu. Dan aku hasrus ekstra hati-hati supaya dia tdk terbangun.

Akhirnya K0ntolku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tp licin… seperti piston di dlm silinder. Entah licin karena Mbak Fitri mulai horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yg pasti, kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tp ternyata nggak sampai lima menit. Aku begitu terpukau dgn keindahan pinggul dan pantatnya, kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Creett… Creett.. sseerr.. Creett.. kumuntahkan maniku di dlm meqi Mbak Fitri. Aku merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan dgn dag-dig-dug kucabut k0ntolku.

“Mmpphhhh… kok dicabut K0ntolnya..” suara Mbak Fitri parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku jg pengen..”

Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.

“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Fitri mambalikkan badannya.

Seketika dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru sadar bahwa yg habis menyetubuhinya bukan Mas Iwan, melainkan aku, sepupunya.

“Kurang ajar kamu, Indra”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”

Aku segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dlm kamar aku bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Fitri sampai lapor polisi dgn tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di benakku acara Buser… malunya aku. Aku mencoba menenangkan diri dgn membaca majalah, buku, apa saja yg bisa membuatku mengantuk. Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah mimpi, aku merasa K0ntol-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yg membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan kubuka mata.. dan.

“Mbak Fitri..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Indra..” sahut Mbak Fitri, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tdk pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Akuh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Indra.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin meqi dari sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tdk ikutan horny. Tp… Mbak kebayang-bayang K0ntol kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat kayak punya kamu. Imut, tp di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya k0ntolku seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Fitri begitu rakus melumat k0ntolku yg ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan k0ntolku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan, Ya Tuhan, Mbak Fitri sdh melepas celana dalamnya. Aku melihat meqinya makin membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku utk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dgn bibirku.

“Mmmppphhh.. ahh.. Indra.. iya.. gitu.. he-eh.. Mmmppphhh.. sshh.. aahh” Mbak Fitri merintih menahan nikmat.

Akupun menikmati meqinya yg ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali dgn cairannya.

“Klitorisnya.. dong… Indra.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN INDRAAAA..”

Mbak Fitri makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Meqinya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tp rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dgn kelihaian lidah Mbak Fitri. Buktinya aku merasa ada yg mendesak k0ntolku, seolah mau menyembur.

“Mbak… mau keluar nih…” kataku.

Tp Mbak Fitri tdk mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang k0ntolku. Aku makin tdk tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat di muutu Mbak Fitri. Dgn rakusnya Mbak Fitri mengusapkan spermaku ke wajahnya dan menelan sisanya.

“Indraaa… kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.

Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Fitri melanjutkan mengisap k0ntolku. Akuhnya, k0ntolku seperti menuruti kemauan Mbak Fitri. Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini k0ntolku dgn mudahnya bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir meqi Mbak Fitri sebab pada saat yg sama aku sibuk menikmati Klitoris dan cairan meqinya, aku jadi mudah terangsang lagi. Tiba-tiba Mbak Fitri bangun dan melepaskan dasternya.

“Copot bajumu semua, Indra” perintahnya.

Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di depanku. Toket itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B. Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku utk mengulumnya. Segera Mbak Fitri berlutut di atasku, dan tangannya membimbing k0ntolku ke lubang meqinya yg panas dan basah.

”Bless… mmpphhh…”
“Aduhh… Indra… K0ntolmu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”

Mbak Fitri dgn buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat meqinya yg basah makin keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yg menantang, rakus. Mbak Fitri makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan meqinya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul Mbak Fitri makin cepat, cairan meqinya membanjir, nafasnya memburu dan sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya tertahan.

“MMPPHHH… OOHHHH.. UUUHHHHH… OUUGGHH… INDDRRAAAA… MBAK KELUAARR… AASSHHHHHHH…”

Mbak Fitri menjerit dan mengerang seiring dgn puncak kenikmatan yg telah diraihnya. Meqinya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya demikian liar sehingga aku merasakan k0ntolku seperti dipelintir. Dan akhirnya Mbak Fitri roboh di atas dadaku dgn ekspresi wajah penuh kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan.

Tak disangka, setelah istirahat sejenak, Mbak Fitri berdiri dan duduk di pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik ke belakang dan kedua tangannya menygga tubuhnya. “Indra, ayo cepet masukin lagi. Klitoris Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa. Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan k0ntolku kugosok-gosokkan ke bibir meqi dan Klitorisnya. Meqi Mbak Fitri mulai memerah lagi, Klitorisnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi dinding meqinya.

“Mppphhhhhh.. mm.. Indra.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yg… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.

Mendengar dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan k0ntolku yg memang masih tegak ke meqinya yg ternyata sangat becek dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju mundur perlahan, sesekali dgn gerakan mencangkul dan memutar. Mbak Fitri mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran. Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yg ternyata benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut k0ntolku dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah sekali.

Gerakan jariku di Klitorisnya makin kupercepat, Mbak Fitri makin tdk karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran, demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian. Lubang meqi itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dgn derasnya, dan segera saja kusambar dgn lidahku.. direguk habis semua lendir yg meleleh.

Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Fitri, terasa dari pinggulnya yg tersentak keras seiring dgn jilatanku di meqinya. Kupandangi meqi itu lagi, dan aku melihat ada seperti daging kemerahan yg mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah seolah-olah hendak keluar dari meqinya. Dan nafas Mbak Fitri tiba-tiba tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada cairan hangat muncrat dari meqinya.

“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., INDDRAAAAAA.. ayoooo.. masukin K0ntol kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.

Rupanya Mbak Fitri sampai terkencing-kencing menahan nikmat. Akibat pemandangan itu aku merasa ada yg mendesak ingin keluar dari k0ntolku, dan segera saja kugocek Mbak Fitri sekuat tenaga dan secepat aku mampu, sampai akhirnya.

“INDDRRAAAA… AKU KELUAARR… AAAHHHHH…MMMPPHHHH… OOOGGHHHHH… UUFF…”, Mbak Fitri menjerit dan mengerang tdk karuan sambil mengejang-ngejang.

Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di k0ntolku begitu kuat. Akhirnya bobol jg pertahananku.

“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin Indra… ayo Indra, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk pantatku dan meremas pinggulnya. Seketika itu jg.. CREETTTTT..CREETTTTT…CREETTTTT
“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo Akung… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, Akung… ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak Fitri manja menggairahkan.

Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dgn nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yg melelahkan sekaligus malam surgawi.

“Indra, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Fitri tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku jg..” balasku.
“Aku jg makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dgn Mbak. Tp aku sadar itu tak mungkin terjadi. Gimana dgn keluarga kita kalau sampai tahu.”
“Waahh.. kurang ajar jg kau ya…” kata Mbak Fitri sambil memencet hidungku.
“Aku tdk nygka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tp, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”

“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Indra. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak bersetubuh dgn laki-laki selain Mas Iwan. tdk ada yg Akuh kok. K0ntol Mas Iwan jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Iwan jg perkasa, soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu” sahutnya.

“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya gesekan jari dan K0ntolmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin horny..” aku tersenyum. Baca Cerita Dewasa Lainnya Disini...

Subscribe to receive free email updates: