Buaian Asmara Dengan Kakak Iparku |
Buaian Asmara Dengan Kakak Iparku - Meski Mas Hary sudah menjadi suami sah Mbak Fitri, tapi bukan berarti rasa sukaku padanya jadi hilang, tapi masih ada dalam hatiku. Malah karena sering ketemu, rasa sukaku justru makin menjadi-jadi. Kalau dipikir-pikir rasanya aku memang tidak tahu diri, dengan segala cara aku berusaha untuk mendekati Mas Hary (tentunya saat Mbak Fitri tidak ada di rumah)
Seperti sore ini, kebetulan Mbak Fitri dan Ibu pergi ke Semarang untuk menengok Tante Reni, adik ibu yan g nomor 2 yang sedang dirawat di rumah sakit karena kecelakaaan. Karena jarak Solo-Semarang lumayan jauh maka Mbak Fitri dan Ibuku terpaksa menginap. Tadi Mbak Fitri meneleponku kalau mereka baru bisa pulang besok pagi.
Aku yang dasarnya selalu mencari-cari kesempatan agar bisa berduaan dengan Mas Hary, sudah tentu sangat senang mendengar kabar itu. Usai makan malam, kuajak Mas Hary ngobrol berdua di ruang tengah sambil nonton TV.
Malam itu aku memakai baju tidur yang sexy dan transparan, sementara di dalamnya aku tidak mengenakan apa-apa sehingga lekuk dan bentuk tubuhku membayang jelas. Aku memang berencana untuk menggoda Kakak Iparku itu. Aku memang “dendam” karena dia lebih memilih kakakku untuk dipilih menjadi istrinya.
Melihat penampilanku yang merangsang seperti itu tentu saja Mas Hary jadi salah tingkah. Aku pura-pura tidak tahu dan hanya tertawa geli dalam hati. Malah aku kemudian sengaja mengubah posisi dudukku hingga lebih “menantang”.
Tapi setelah beberapa saat Mas Hary tidak juga bereaksi (atau memang menahan diri dan tidak berani melakukan sesuatu karena sadar kalau aku saat ini sudah menjadi adik iparnya sendiri). Jenuh menunggu reaksi mas Hary yang hanya diam saja aku mencari cara lain dengan berpura-pura sakit dan minta dikeroki.
“Tolong ya Mas, soalnya kalau sakit aku terbiasa dikeroki biar cepat sembuhnya” pintaku setengah merajuk.
Meski semula agak ragu tapi karena aku terus mendesak, akhirnya Mas Hary tak bisa menolak lagi. Akhirnya jadilah malam itu aku dikeroki oleh Mas Hary. Sewaktu aku melepas bajuku dan kuganti dengan selimut, kulihat sorot mata mas Hary agak berubah. Jakunnya naik-turun, demikian juga desah nafasnya yang terasa berat dan lebih cepat dari biasanya. Maklum dari pantulan cermin yang ada di depanku, Mas Hary bisa melihat dengan jelas dua “bukit kembar” di dadaku.
“Ayo mas” kataku sambil terus tidur tengkurap di atas ranjang.
“Iya tapi yang mana dulu?” katanya.
“Ya punggung dong, masak muka” sahutku bercanda.
Dengan tangan sedikit gemetar, Mas Hary mulai mengerokiku, saat tangannya menyentuh punggungku, muncul rasa aneh dan desiran di dadaku.
“Ohh..” aku mendesah lirih waktu ia mulai mengerokiku.
“Ada apa Mir, sakit? tanya Mas Hary sambil menghentikan kerokannya.
“Nggak papa kok Mas, cuma..” kataku tersendat karena desiran di dadaku yang makin tidak karuan.
“Cuma apa mir?” tanya Mas Hary penasaran sambil berusaha membalikkan tubuhku.
Entah kenapa aku menurut saja sehinga posisi tubuhku jadi telentang, dengan sendirinya dadaku tidak lagi tertutupi.
Kulihat tatapan kaget dan aneh dari Mas Hary. Akupun jadi terdiam karena desiran aneh di dadaku semakin menjadi. Lalu Mas Hary mulai berani dan perlahan menjamah, meraba dan akhirnya meremas “gunung kembarku”.
Seketika itu desiran di dadaku semakin kencang. Ada rasa nikmat yang kurasakan. Apalagi setelah Mas Hary mencium leherku dan turun ke dadaku. Lidahnya begitu lincah bermain di kedua puncak dadaku. Puting susuku dikulum dan dijilatinya dengan mesra.
“Oohhh… masss” aku mendesah dan menggeliat nikmat.
Sementara tangan Mas Hary kulihat sibuk melucuti pakaiannya sendiri satu demi satu.
“Mir..” bisik Mas Hary sambil mendekap tubuhku erat-erat.
Kini dia telah telanjang bulat seperti halnya aku. Dengan nafas memburu, laki-laki yang jadi fantasiku selama ini itupun menjelajahi sekujur tubuhku. Hampir semua bagian tubuhku diciuminya.
“Ohhh… masss..” desahku lagi saat ciuman Mas Hary makin melorot ke bawah dan kini hinggap di selangkanganku.
Bibir dan lidahnya kini bermain-main di alat vitalku itu.
“Nikmat mas… hhh” desahku dengan mata setengah terpejam.
Aku menggeliat dan benar-benar merasakan kenikmatan yang tiada tara saat lidahnya mulai menelusup masuk “liang kewanitaanku”.
“Aduuhhhhh masss…” rintihku merasakan nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya itu.
Untuk beberapa lama Mas Hary terus memainkan lidahnya di liang kewanitaanku hingga aku menggelinjang kesana-kemari menahan rasa nikmat dan gelora nafsuku yang makin menggebu. Akhirnya aku tidak tahan lagi dan meminta Mas Hary untuk segera “melakukannya”.
“Ayo… Mass… aku sudah nggak tahan lagi” rengekku.
“Sebentar Mir, sebentar…” sahut Mas Hary sambil masih menjilati kewanitaanku.
Akhirnya Mas Hary naik ke atas dan mulai “menusuk” kan rudalnya ke liang pribadiku. Aku sempat menjerit lirih, merasakan sakit dan perih ketika milik Mas Hary mulai menusuk alat vitalku.
Tapi rasa sakit dan perih itu segera berganti dengan rasa nikmat yang amat sangat waktu Mas Hary mulai dengan teratur melakukan gerakan maju mundur. Aku seperti terbang ke awang-awang. Aku menjerit, merintih dan menggelinjang merasakan keperkasaan Mas Hary yang begitu nikmat tiada tara.
“Ooohhh… teruss Mass… achh…” desahku dengan kedua mata terpejam.
Untuk beberapa saat lamanya, kami berpacu dan berpacu. Sampai akhirnya kami sama-sama terkapar kelelahan. Melihat ceceran darah di atas sprei dan sebagian pahaku, aku sadar bahwa saat itu keperawananku telah bobol, direnggut Mas Hary kakak iparku sendiri.
Anehnya! Sejak kejadian itu, aku tak kapok. Malah sebaliknya, aku jadi ketagihan. Hingga setiap ada kesempatan, kami pasti melakukan dan mengulangi lagi. Kami melakukannya tidak hanya di rumah, tapi juga di tempat-tempat lain seperti hotel dan tempat lainnya.
Akibat dari perselingkuhan yang kulakukan dengan Mas Hary, oleh dokter, aku dinyatakan positif hamil. Kalau sudah seperti ini aku jadi bingung harus bagaimana mengatasi masalah ini. Baca Cerita Dewasa Disini...