Keperkasaan Kakak Iparku

Keperkasaan Kakak Iparku


Keperkasaan Kakak Iparku - Pada suatu liburan semester, kupergunakan waktuku untuk mengunjungi kakakku yg tinggal di kota Semarang. Sejak menikah satu tahun yg lalu, dia dibawa suaminya ke kota ini, dan sejak itu aku memang belum pernah mengunjunginya.

Tentu saja kedatanganku disambut gembira oleh pasangan muda itu, terutama oleh kakakku, Mbak Elin (nama samaran). Kelihatannya ekonomi kakakku masih pas-pasan. –cerita sex– Rumah yg dikontrak adalah rumah petak dan hanya berkamar tidur satu, ruang tamu kecil dan ruang makan merangkap dapur, serta kamar mandi kecil. Dgn kondisi rumah seperti itu, aku terpaksa tidur bersama-sama Mbak Elin dan suaminya Mas Ari.

Aku tidur di sebelah kanan, Mbak Elin di tengah dan Mas Ari di sebelah kiri. Malam itu aku berbincang-bincang dgn kakakku sampai larut malam, kulihat Mas Ari sdh tertidur lebih dulu. Sampai akhirnya kami kehabisan cerita dan tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Elin bangun dan keluar kamar untuk urusan dapur. Aku tahu ini adalah kebiasaan sewaktu remaja. Dia selalu bangun paling awal.

Cerita dewasa terbaru, Sebenarnya aku jg terjaga ketika ia turun dari tempat tidur, tetapi aku tetap di tempat tidur karena malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ari kakak iparku yg masih kelihatan tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Elin, walaupun jarak kami cukup jauh.Dalam tidurnya yg telentang dgn mengenakan piyama warna abu-abu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya. Kulihat sesuatu yg mencuat tinggi dari balik celananya.

Hatiku berdesir ada perasaan hangat menyelusuri tubuhku, kutahan nafasku. Aku tdk berani bergerak dan aku tetap pura-pura tidur walaupun kupincingkan mataku untuk menikmati pemandangan yg syuur itu. Tiba-tiba Mas Ari membalikkan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku. Aku pura-pura masih tertidur lelap. Tiba-tiba kurasakan tubuh Mas Ari digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tdk, tetapi gerakannya sangat hati-hati, mungkin takut aku terbangun.

Aku tetap pura-pura masih tidur dalam posisi telentang, jantungku berdegup keras, aku tdk tahu apa yg harus kuperbuat. Kuatur nafasku, ingin rasanya aku melompat turun dan keluar kamar. tetapi desiran hangat yg mempercepat peredaran darahku membuatku mengurungkan niatku.Tangan Mas Ari seperti tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap tdk bergerak. Tdk berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu cukup lama sampai aku bingun harus berbuat apa. Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan dia mulai mengelus lengan dgn lembut dan kurasakan kehangatan yg sangat menyenangkan.

Tangannya terus mengelus ke atas leherku, aku menahan kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ari semakin berani dan tangannya mulai turun untuk meraba-raba buah dadaku dari luar daster. Tdk lama kemudian, tali daster dan tali BH-ku diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah dadaku. Aku menggelinjang ketika jarinya meremas buah dadaku dgn lembut, dan mengelus-elus puting susuku.

Nafasku memburu, aku makin terangsang, bahkan Mas Ari tanpa sadar telah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya telah menindih kedua lututku yg diam tak dapat berontak, karena hasratku membuatku bingung. Kurasakan penisnya yg telah mengeras di balik piyamanya menempel ketat di pinggul kiriku. Dan aku masih pura-pura tidur.

Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya merayap di pahaku, lalu menyusup di bawah daster dan mengelus paha atas bagian dalam dan akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dgn lembut bibir kemaluanku yg masih rapat terbungkus dgn celana dalam, kurasakan kehangat dan perasaan nikmat mengalir di dalam dinding kemaluanku.

Elusan di atas celana di depan memek, kadang-kadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku membuat dinding memekku berdenyut lembut dan enak. Aku merasakan bahwa kepunyaanku sdh basah. Tiba saatnya Mas Ari memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku melalui pusar, ketika itu aku sadar dan aku takut kalau Mbak Elin tiba-tiba masuk, maka kupegang tangannya dan kutahan agar Mas Ari tdk meneruskan niatnya. tetapi tangannya tdk mau keluar dari celanaku dan aku tetap menahannya.

Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ari tersenyum, tetapi aku tdk dapat membalas senyumnya. Aku ingin marah kepadanya atas kelancangannya, tetapi aku tdk dapat, karena dalam gejolak rangsangan yg membuaiku sebenarnya aku sdh kehilangan rasioku. Aku menikmatinya dan penolakanku lebih bersifat kekhawatiranku akan munculnya Mbak Elin dari pintu kamar yg tdk terkunci. Dalam keadaan demikian kuarahkan pandanganku ke pintu kamar. Mas Ari menangkap apa yg kumaksud.

Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia segera turun dari tempat tidur dan segera menguncipintu kamar. Aku tdk tahu apa yg harus kuperbuat, seharusnya aku bangun dari tempat tidur dan segera keluar kamar, sehingga dapat terhindar dari perbuatan Mas Ari yg lancang itu, tetapi tdk. Bagian dalam memekku masih berdenyut dgn lembut, aliran darahku dan birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dgn pacarku saja aku masih sebatas bergandgn tangan saja. Entah apa yg kubayangkan saat itu.

Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ari yg kembali dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil menarik pundakku ke arahnya, sehingga aku kembali dalam posisi telentang dan dia mencoba menciumku, tetapi aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya Mas Ari bisa menangkap mulutku dgn mulutnya. Saat itu aku sdh tdk dapat lagi menahan kuasa nafsu birahi dari dalam tubuhku yg masih perawan ini.

Itulah pertama kalinya aku dicium oleh seorang laki-laki, aku masih bodoh ketika dia menyedot dan menjilat bibirku. Aku tdk memberikan tanggapan yg seharusnya wanita berikan ketika dicumbu seorang lelaki, aku masih kaget, nafasku tdk beraturan, tetapi nafsuku bangkit kembali. Tanpa sadar kupeluk pundaknya erat-erat ketika tangannya meremas-remas buah dadaku. Kurasakan payudaraku mulai mengeras, apalagi ketika puting susuku dipelintir ke kanan dan ke kiri berulang-ulang dgn lembut. Sensasinya sungguh diluar dugaanku.

Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ari membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusap-usapnya rambut kemaluanku untuk beberapa lama, dan kemudian jari tangannya mulai terasa menggesek dinding memek dan kemudian ke atas ke arah klitoris.
Aaahh.., ada rasa ngilu yg sangat nikmat.

Beberapa lama jarinya mengelus dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dgn menggoyang pingulku. Kenikmatan sdh menjalar ke seluruh kelamin, ke pinggul dan bahkan ke bagian pantatku. Aduh nikmat sekali.

Aku merintih dan mendesah pelan penuh kenikmatan. Ketika Mas Ari menarik tangannya dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata tdk, ia ternyata melepaskan celananya ke bawah sehingga penisnya yg telah berdiri dgn kokoh menyeruak keluar. Kepala yg membesar telah mengkilat. Dibimbingnya dgn lembut tangan kiriku ke arah penisnya dan aku tdk kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-remas dgn lembut batang panjangnya.

Inilah pertama kalinya aku melihat sekaligus menyentuh alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku bergetar penuh birahi, kemudian ketika jarinya kembali memainkan klitorisku, sedang jari lainnya semakin masuk ke dalam liang senggamaku, maka kukocok penisnya semakin cepat.

Kudengar nafasnya memburu disertai desis yg pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit jarinya dgn bibir bawahku, aku tdk tahan lagi, kenikmatan sdh menjalar hingga ujung rambut. Tiba-tiba denyutan yg kuat datang dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku menggelinjang dan kujepit jarinya dgn kuat. Aku telah mencapai puncak, liang kewanitaanku berkedut-kedut dgn kuat.

Aahh.., dan pada saat yg hampir bersamaan, Mas Ari menekankan pinggulnya ke pahaku, dan penis yg berada dalam genggamanku terasa berkedut-kedut dgn kuat, dan kurasakan air maninya memancar dan membasahi pahaku.

“Aaahh..,” hanya desisan yg dapat kukeluarkan dari mulutku.

Beberapa detik aku tergeletak dgn lemas berdampingan dgn tubuh hangatnya Mas Ari. Dgn malas aku bangun, kubuka pintu kamar dan segera aku ke kamar mandi. Aku takut bertemu Mbak Elin yg masih sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi kami.

Saat di kamar mandi, aku sempat membayangkan sensasi kenikmatan yg berlangsung beberapa menit yg lalu. Ada perasaan senang bercampur dgn perasaan takut bergejolak di dalam diriku saat kubersihkan kemaluanku di kamar mandi. Mas Ari masih telentang di tempat tidur sambil tersenyum menatap wajahku ketika aku keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke dapur membantu Mbak Elin yg tdk mengetahui adanya sensasi indah di kamar itu.

Hari itu jg kuputuskan aku harus kembali ke kotaku, aku tdk mau hal itu terjadi lagi. Bukan aku tdk menyukainya, tetapi aku tdk ingin rumah tangga kakakku menjadi berantakan gara-gara kehadiranku yg membangkitkan birahi suaminya. Mbak Elin kaget ketika aku pamitan untuk pulang. Aku memberikan alasan bahwa ada tugas kuliah yg lupa kuselesaikan.

Meskipun apa yg kulalui saat itu tdk merusak keperawanan yg kumiliki, tetapi itu merupakan pengalaman pertamaku dalam menikmati sensasi seks yg sebenarnya. Baca Cerita Dewasa Disini...

Subscribe to receive free email updates: